Posts

Yang Terakhir

    Semakin banyak yang datang, mengajakku memulai sebuah kisah baru dan mengukir kenangan-kenangan yang mereka janjikan akan indah, semakin kecil mereka di hadapanku. Karena kamu. Kamu yang tidak pernah menjanjikan kebahagiaan, sebab kamu bilang kebahagiaan tidak dapat ditebak. Kamu yang tidak pernah menjanjikan kebahagiaan, tapi selalu berhasil memberiku bahagia yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Mereka yang berjanji untuk menjagaku seumur hidup mereka, nyatanya menyerah di tengah jalan karena aku. Ya, aku.      A ku yang menolak pelukan hangat yang mereka berikan, aku yang menolak kenangan baik yang mereka usahakan. Kalau kamu bertanya apa alasannya, lagi-lagi kamu. Kamu yang tidak pernah menawarkanku pelukan atau kenangan baik, tapi selalu berhasil memberikannya ketika aku membutuhkannya. Kamu pula, yang berhasil memberikan kenangan baik yang sampai saat ini masih tertempel jelas di kepala. Semua tentang kamu. Ke mana pun aku pergi, kamu selalu men...

Kamu, Tempat Pulang Paling Tepat

"Buatku, kamu adalah tempat pulang yang paling nyaman." "Kenapa begitu?" "Karena cuma di kamu aku bisa nangis, aku bisa marah, aku bisa senang. Cuma di kamu aku bisa ngerasain apa pun yang seharusnya kurasain." "Tapi aku enggak mungkin ada di sebelah kamu selamanya. Suatu hari, kamu harus ngerasain itu semua sendirian." "Walau kamu enggak ada di sebelahku, walau aku enggak bisa lihat kamu lagi, kamu akan tetap jadi tempat pulang yang paling menyenangkan. Karena kamu tempat pulang paling tepat."

Bahagia itu Sederhana, Ya?

"Aku kena tegur terus, capek. Akhir-akhir ini enggak bisa ngerasa bahagia kayak dulu-dulu." "Bisa kok, kamu cuma lagi banyak aja yang harus dikerjain. Gapapa, kok." "Aku pengen ngerasa bahagia lagi kayak sebelum-sebelumnya, tapi aku enggak tahu caranya gimana." "Oh, kalau berdasarkan buku yang aku baca, sih, kamu berdoa sama Tuhan supaya kamu dikasih kebahagiaan. Jadi apa pun yang kamu lakuin, walau berat, kamu tetap bahagia. Kamu juga harus mau jadi bahagia, kamu harus berusaha buat jadi bahagia itu sendiri. Bahagia emang enggak mudah sih, cuma ya, harus diusahain." "Ah, ternyata caranya bahagia itu sederhana banget, ya?" "Hah, sederhana apanya?" "Sederhanalah, tinggal ada di sebelah kamu, dengerin kamu ngomong, liatin kamu senyum, aku udah bahagia, tuh?"

Aku Ingin Hidup dengan Baik

Aku ingin bahagia. Sekali saja dalam hidupku. Cukup sekali.      Aku ingin menjalani hidup tanpa rasa bersalah, tanpa beban yang seharusnya tidak menjadi bebanku, tanpa luka yang tak pernah bosan melukaiku, tanpa tangis yang selalu tak sabar membasahi pipi. Aku ingin hidup baik-baik saja. Aku ingin hidup bahagia seperti mereka semua yang bisa tertawa lepas. Kalau untuk hidup berbahagia adalah sebuah permintaan yang terlalu sulit, aku ingin hidup baik-baik saja. Cukup. Tak perlu berbahagia kalau memang tak bisa. Cukup hidup dengan baik-baik saja. Iut sudah sangat cukup untukku. Sungguh.

Sulung

  Aku juga manusia yang bisa merasa lelah. Aku enggak mungkin bisa melakukan semua hal. Aku juga harus menanggung semua tanggung jawab. Mama, papa, ada sedikit pesan yang ingin aku sampaikan.   Ma, Pa, aku juga manusia. Aku tahu mama dan papa berharap banyak padaku. Tapi kalau harapan itu tidak bisa aku penuhi, apa itu salahku? Apa aku memang enggak punya ruang untuk gagal? Apa aku memang harus mahir di semua hal?   Ma, Pa, aku tahu persis aku harus jadi contoh yang baik. Tapi aku pun seorang manusia yang masih berproses, enggak mungkin bisa langsung menjadi contoh yang baik untuk adik–adik. Aku juga manusia yang butuh waktu untuk berhasil.   Tapi mama, papa, terima kasih karena sudah memberikan kepercayaan yang begitu besar padaku. Terima kasih karena sudah berharap aku menjadi orang yang baik. Tapi maaf, enggak semua harapan mama dan papa mampu aku penuhi. Aku ingin mencari jalan untukku sendiri.   Untuk kamu, Sulung yang ada ...

Kita Pulang, tapi Kamu Tidak ke Rumah

  "Kita tuh enggak pernah tahu, Ra, kapan kita meninggal. Tiba-tiba udah enggak ada aja." "Apaan sih, tiba-tiba ngomongin meninggal. Udah bosen hidup, kamu?" "Bukan gitu, aku mau siap-siap aja. Siapa tahu kalau malam ini aku udah enggak ada?" "Eh apaan sih, enggak lucu, ah." "Emang aku lagi enggak ngelucu." "Ya ngapain ngomong kayak gitu? Kalau kamu meninggal, aku sama siapa? Kan kamu tahu aku cuma punya kamu. Kamu enggak boleh meninggal duluan. Janji, ya?" "Sebelum aku janji, aku nanya dulu. Kalau aku tiba-tiba meninggal aja, sih. Kamu jawab jujur, ya." "Ya, ya. Apa?" "Kalau aku ajak kamu jadi pacarku, kamu mau, enggak?" "..." "Enggak mau, ya?" "Mau." "Oke, makasih udah jujur." "Sekarang janji dulu enggak bakal pergi duluan." "Sayangnya, aku enggak bisa janjiin sesuatu yang aku enggak tahu bisa kutepatin atau enggak. Yang perlu kamu tahu, m...

Balikan, Yuk?

"Aneh ya, kita malah ketemu lagi gini." "Iya, padahal udah tiga tahun aku berusaha hindarin kamu." "Aku juga. Tiga tahun aku berusaha lupain kamu." "Eh, katanya lebih baik enggak berusaha dilupain, loh." "Kata siapa? Emang kenapa?" "Menurut buku yang kubaca, makin kita berusaha lupain seseorang, orang itu malah makin melekat di kepala. Percaya, enggak?" "Hm ... percaya, sih." "Jadi, kamu belum lupain aku, kan?" "Yaa enggak tahu, deh." "Iya atau enggak, jangan enggak tahu, gitu." "Emang kenapa?" "Iya atau enggak. Jawab dulu." "Iya iya, emang aku belum lupain kamu." "Nah. Cocok. Aku juga berusaha hindarin kamu tapi malah ketemu lagi." "Cocok apanya?" "Ya kita, cocok. Sama-sama gagal move on, kan?" "Hahaha ... Iya juga, ya?" "Yaudah, yuk balikan." "..." "Yuk?" "Ya ... boleh, deh ......