Yang Terakhir

    Semakin banyak yang datang, mengajakku memulai sebuah kisah baru dan mengukir kenangan-kenangan yang mereka janjikan akan indah, semakin kecil mereka di hadapanku. Karena kamu. Kamu yang tidak pernah menjanjikan kebahagiaan, sebab kamu bilang kebahagiaan tidak dapat ditebak. Kamu yang tidak pernah menjanjikan kebahagiaan, tapi selalu berhasil memberiku bahagia yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Mereka yang berjanji untuk menjagaku seumur hidup mereka, nyatanya menyerah di tengah jalan karena aku. Ya, aku. 

    Aku yang menolak pelukan hangat yang mereka berikan, aku yang menolak kenangan baik yang mereka usahakan. Kalau kamu bertanya apa alasannya, lagi-lagi kamu. Kamu yang tidak pernah menawarkanku pelukan atau kenangan baik, tapi selalu berhasil memberikannya ketika aku membutuhkannya. Kamu pula, yang berhasil memberikan kenangan baik yang sampai saat ini masih tertempel jelas di kepala. Semua tentang kamu. Ke mana pun aku pergi, kamu selalu menjadi tempat pulang dan tujuan. Pada kamu, aku bisa mengadu tentang semua yang ada di bumi. Tentang semua sakit dan luka yang ada padaku. Kamu akan memelukku sampai tangisku berhenti, meski kadang membutuhkan waktu yang cukup lama. Kamu menggenggam tanganku dengan erat, mengatakan bahwa kamu akan tetap bersamaku meski keadaan tidak kunjung baik. Kamu tidak bisa menjanjikan semuanya akan baik-baik saja, tapi kamu bisa berjanji bahwa aku satu-satunya tangan yang akan kamu genggam. Kamu akan menjadi tangan terakhir yang kugenggam. Kamu akan menjadi pelukan terakhir. Kamu akan menjadi yang terakhir untuk semua cerita ini. Karena seperti yang kukatakan, ke mana pun arahku melangkah pergi, kamu selalu menjadi tujuan.

Comments

Popular posts from this blog

Validasi yang Dibutuhkan

Satu Hal yang Kini Tidak Lagi Kutakutkan; Ditinggalkan

Apakah semua orang yang berusia 21 tahun mengalami hal seperti ini?