Posts

Showing posts from August, 2022

Kematian itu Membingungkan

Kematian itu membingungkan, kan? Tahu-tahu, orangnya enggak ada. Tahu-tahu, hanya sisa kenangan dan memori di kepala. Sesekali diabadikan di dalam foto atau video, yang jelas tidak semua momen terekam di sana. Walau beberapa memori memang hanya patut diingat dalam kepala, tidak lebih. Tapi, alih-alih menakutkan, kematian itu membingungkan. Tiba-tiba saja, orang yang selama ini kita ajak ini dan itu enggak ada. Tiba-tiba saja, orang yang kita jadikan tempat bersandar itu enggak ada. Tiba-tiba saja, dalam sekejap, semuanya hilang. Kalau kehilangan memori, masih bisa buat memori baru. Tapi kalau kehilangan sosoknya, apa yang bisa dibuat lagi dari awal? Kematian memang membingungkan. Lebih-lebih kematian orang lain yang pertama kali dalam hidup kita. Bagaimana pada akhirnya kita mengerti, bahwa semua manusia akan kembali pada pemilik-Nya. Bagaimana pada akhirnya kita mengerti, bahwa semua memori itu tidak akan terjadi untuk kedua kalinya. Bagaimana kita mengerti, untuk saling menjaga dan m...

Tempat Berhenti

     Bagaimana mimpi kerap membuat kita berpikir bahwa hidup ternyata hanya perjalanan yang sia-sia. Perjalanan yang kerap kita ulangi berulang kali untuk hasil yang sama-sama belum berhasil. Untuk hasil yang sama-sama mengecewakan diri sendiri untuk kesekian kalinya. Tapi ternyata, hidup bukan hidup tanpa mimpi. Bukankah mimpi satu-satunya yang bisa membuat manusia tetap berusaha, tidak pernah merasa lelah, dan terus mengulangi langkah yang sama tapi dengan cara yang lebih baik?      Berulang kali jatuh. Berulang kali bangkit. Berulang kali berusaha. Jatuh lagi. Bangkit lagi. Berusaha lagi. Hidup, hanya serangkaian dari percobaan bangkit dari rasa sakit yang semakin sering akan semakin sakit. Tidak ada yang pernah terbiasa dengan rasa sakit. Pun, tidak pernah ada yang terbiasa dengan keberhasilan yang berulang kali. Keberhasilan, tentu akan lebih manis ketika sudah merasakan gagal yang berkali-kali. Sembuh, akan terasa lebih menyenangkan setelah mengalami...

Papa

     Suatu hari, aku sedang duduk di bangku kelas bersama puluhan teman-temanku. Kami tengah mengerjakan soal ketika pintu kelas diketuk oleh seorang anak dari kelas sebelah. Pintu terbuka, mata anak laki-laki tertuju padaku yang secara kebetulan duduk di barisan paling depan. Tepat di pojok, memudahkan matanya untuk mencariku. Dengan wajah sedikit canggung, ia membuka mulutnya,"Itu, kakek kamu nyariin di bawah." Terdengar seorang anak berbicara secara spontan,"Kakek? Hahaha, rajin banget kakeknya nyamperin ke sekolah." Aku terdiam sejenak, kemudian bangkit dari kursi. Kupikir tidak perlu menanggapi omongan anak itu. Toh, dia tidak tahu apa-apa. Anak laki-laki tadi lantas pergi dari depan kelas dan kembali ke kelasnya. Aku meminta izin pada guru untuk menemui seseorang yang anak tadi sebut sebagai kakekku. Aku tahu itu bukan kakek. Kakekku sudah meninggal jauh sebelum aku duduk di bangku sekolah ini. Tidak ada keluarga besarku yang tahu di mana aku bersekolah. Bukan...