Posts

Hal 'kecil'

     "Beberapa orang emang enggak akan ngerti gimana hal-hal kecil bisa bikin kita senang luar biasa. Sekadar nonton idola lewat gadget, bisa tidur nyenyak di malam hari, tau apa yang harus dilakuin besok, punya paling enggak satu teman yang bisa dihubungin di keadaan darurat. Hal kecil yang dampaknya enggak main-main. Iya, enggak semua paham gimana semua hal itu bisa bikin kita senyum-senyum sendirian seharian penuh. Jadi, beberapa yang buat senang ternyata memang cuma bisa dinikmatin sama kita . Karena yang lain ... Belum tentu mau ngerti. Dan ya enggak harus juga." "Tapi ... Apa enggak egois kalau senang sendirian?" "Kenapa egois? Kenapa harus jadi peduli sama semua orang ketika diri sendiri aja belum dapet perhatian yang cukup? Lagipula setiap orang punya hal kecil yang bisa buat bahagianya masing-masing, enggak bisa disamain. Coba, kalau kita harus pikirin kesenangan semua orang setiap saat terus kesenangan kita sendiri kita lupa?"

Bagaimana jika Tidak Ada Cinta, tapi Patah?

     Aku bahkan sudah lupa rasanya jatuh cinta. Bagaimana dadamu terasa berbunga-bunga, setiap langkahmu selalu diiringi senyum yang begitu lebarnya, sampai aku tidak bisa membayangkan apa pun yang buruk. Dunia begitu menyenangkan untuk sesaat. Membayangkan aku akan pergi bersamanya ke mana pun, hanya berdua. Menikmati dunia ini seakan-akan ini adalah hari terakhir kami bersama. Melakukan hal-hal yang kami ingin dengan perasaan yang menggebu-gebu. Dikatakan pada semua orang bahwa aku sedang bahagia. Sampai nanti harinya, ketika aku kembali berpatah hati. Dunia yang semula bewarna-warni, mendadak berubah menjadi abu-abu. Atau hitam. Tidak ada lagi senyum, tidak ada lagi menikmati dunia. Dalam kepala hanya berisi umpatan-umpatan. Dan karenanya, aku terlalu takut untuk jatuh cinta lagi. Bagaimana kalau semua jatuh cinta yang kurasakan akan berakhir dengan patah hati yang semakin lama akan semakin besar? Bagaimana jika tidak ada cinta, tapi hanya patah?Mimpi indah tidak bisa ...

Jadi Kalau Ada yang Bikin Marah, Harus Apa?

     Kalau ada yang buat marah, harus apa? Ya harus sabar! Kenapa sabar terus, yang bikin marah enggak disadarin? Kan itu orang lain. Jadi kalau orang lain kenapa? Kan susah ngatur orang lain. Oh ya, bener. Kalo ngatur diri sendiri, emang ngga susah? Ya lebih gampang, sih, sedikit. Sedikit doang? Iya, ngatur kan susah. Ngatur apa aja susah. Jadi kalau ada yang bikin marah, harus apa? Diem aja, nanti kalau dianya pergi kata-katain sampai puas. Goblok! Keluarin binatang-binatang yang biasa dijadiin umpatan sampe lega! Emang bisa lega dengan ngatain orang? Bisa, dong! Coba aja!

Coba Lagi?

    Coba lagi ngga, ya? Ah nanti kalau enggak berhasil lagi gimana? Tapi kalau enggak coba enggak tahu, sih, hasilnya bakal gimana. Tapi udah siap belum ya kalau ternyata gagal lagi? Harusnya udah dong, kan udah pernah. Ah, masa ada, sih, orang yang terbiasa sama kegagalan? Eh, tapi mungkin ada kalau udah sering ketemu sama mimpi buruk itu. Jadi, coba lagi jangan? Ya coba lagi lah!

Kita Semua Akan Mati dan Dilupakan

     Di suatu pagi dengan matahari yang hangat, kita akan terbangun dan merasa ringan dan merasa seperti angin atau daun kering yang dapat terbawa oleh angin kapan saja. Lantas melihat kita sendiri, di sana, berbaring tidak membuka mata meski jadwal kita bangun sudah lewat beberapa menit lalu. Sampai akhirnya kita terdiam menyadari orang tua kita tengah menangis, menggoncang tubuh kita dengan begitu hebatnya tapi kita masih terbujur kaku. Tak bergerak barang sedikit. Semuanya diam dan membeku, sampai kita menyadari suatu hal. Ini adalah harinya. Hari di mana jiwa kita bebas dari sebuah tubuh yang melindungi kita dari apa-apa yang ada, melepaskan diri dari semua yang mereka sebut sebagai kewajiban, melepaskan diri untuk tidak tahu soal apa yang mereka sebut sebagai hak. Kita hanya tersenyum dari sini, menatap kita yang tampaknya sudah sangat tenang dan mungkin senang akan pembebasan yang selama ini kita nantikan. Suatu hari nanti kita akan dilupakan meski oleh dia yang men...

Nanti

     Nanti, ketika jari-jari membeku dan tidak bisa menggerakan pena di atas kertasnya lagi, ketika mata tidak bisa lagi terbuka, ketika seorang tidak bisa menggerakan dan tidak bisa memegang kendali penuh atas dirinya sendiri. Mari kita bertahan sampai saat itu tiba. Mari kita bertahan sampai maaf pun sudah tidak bisa kita katakan, sampai menyesali semua kemarahan yang pernah datang, sampai sangat bersyukur tentang betapa menyenangkannya rasa senang yang pernah kita rasakan dulu. Sampai kita lupa, bahwa dulu kita selalu diberikan apa-apa yang bisa membuat kita senang tapi kita tidak pernah menyadarinya. Sampai kita menyadari bahwa apa-apa yang kita dengar, kita lihat, dan kita rasakan, ternyata hanya sebagian kecil dari apa-apa yang bisa membuat kita senang.

Mungkin, Kita

Mungkin bukan Tuhan yang memberikan cobaan yang terlalu berat, tapi kita yang sudah menyerah sebelum menyelesaikan semua rangkaian ujiannya. Mungkin bukan Tuhan yang terus memberikan tangis, tapi kita yang terlalu semangat untuk menangis sampai lupa bahwa senang juga perlu dirasakan. Mungkin bukan Tuhan yang kurang memberikan, tapi kita yang tidak bisa merasa bersyukur dengan apa yang sudah diberikan sehingga Tuhan tidak memberi lagi.  Sebanyak apa pun yang Tuhan berikan rupanya tidak pernah tampak besar di mata kita yang lemah, sebagus apa pun yang Tuhan berikan rupanya tidak pernah tampak bagus di mata kita yang tidak pernah bersyukur. Padahal Tuhan selalu memberikan apa-apa yang menurut-Nya baik dan tidak pernah tidak bahwa Tuhan selalu menyayangi kita meski kita hanya setitik makhluk tidak berdaya yang tidak pernah merasa malu untuk bersikap sombong dan sok tahu dalam segala-galanya.