Kebahagiaan keluarga
"Kak, emang kebahagiaan itu selalu sementara ya?" Kakak menatapku bingung. Mungkin kakak bingung kenapa aku menanyakan hal aneh seperti itu."Iya, emangnya semua yang bisa buat bahagia itu selalu hilang lagi ya? Enggak ada ya kebahagiaan abadi?" Aku mengulang pertanyaanku."Kenapa kamu tanya begitu? Emang kamu enggak bahagia sekarang?"
Setiap kali aku diberikan sesuatu sama kakak, atau sama ibu, atau sama ayah, enggak lama kemudian hadiah itu akan diambil lagi. Entah dijual, entah digadaikan. Misalnya ketika aku diberikan sepeda oleh kakak, seminggu kemudian sepeda itu hilang dari teras rumah. Rupanya dijual ibu, karena ibu butuh uang untuk bayar keperluan di rumah. Atau ketika pamanku memberikanku ponsel seperti teman-temanku yang lain, belum sampai seminggu ayah sudah memintaku untuk memberikan padanya. Katanya ada yang harus dibayar. Entah listrik, air, atau apa pun itu. Apa yang sudah kami dapatkan, akan diambil kembali. Secepat mungkin.
Kakak tersenyum mendengar penjelasan dariku."Bukannya enggak ada kebahagiaan abadi, tapi beberapa hal memang ada di kita cuma buat sementara. Apa yang kamu punya sekarang kan enggak selamanya bakal jadi punya kamu," ujar kakak."Tapi kenapa semua yang bisa buatku bahagia selalu diambil lagi, kak? Kenapa enggak ada satu pun yang bisa bertahan di aku?" tanyaku lagi.
"Keluargamu itu juga kebahagiaan. Kamu mungkin enggak sadar, tapi sebagian besar kebahagiaan yang pernah kamu rasain dan lagi kamu rasain, itu pasti dari keluargamu. Kebahagiaan enggak selalu dari barang-barang yang mahal. Kebahagiaan itu enggak ada yang abadi, kecuali kebahagiaan keluarga kita."
Comments
Post a Comment