Manusia, Aib
Manusia itu tidak lebih dari sekumpulan aib yang bersembunyi di balik apa-apa yang disebut sempurna. Manusia itu makhluk yang saling menjatuhkan satu sama lain seakan-akan diri sendiri tidak memiliki setitik aib pun, padahal manusia lagi-lagi tidak lebih dari sekumpulan aib. Lantas semua yang saling merendahkan, saling menjatuhkan, saling mencemooh, sama dengan menjelek-jelekkan diri sendiri. Semua kesalahan yang sekumpulan aib lain pernah lakukan, belum menjadi hal pasti bahwa diri sendiri tidak pernah melangkah ke arah yang sama. Manusia itu tidak pernah sadar akan aib diri sendiri, tapi selalu membuka mata dan telinga dengan lebar untuk mengetahui aib orang lain. Manusia itu mulutnya banyak, sebab setiap kali dia melangkah, siapapun yang dia temui, ia ceritakan aib orang lain tanpa tahu malu seakan-akan ia menyaksikan semuanya sendiri padahal ia pun hanya percaya pada "katanya". Begitu manusia, sekumpulan malu dan aib yang tidak tahu bahwa dirinya hanyalah malu dan aib. Telinganya besar untuk mendengar hal-hal mengenai keburukan orang lain, matanya besar untuk melihat hal-hal yang mengenai keburukan orang lain. Tetapi selalu menutup telinga dan mata ketika harus mendengar mengenai keburukan diri sendiri. Mengelak, menolak, bahwa diri sendiri tidak kalah kotornya dengan orang lain.
Sungguh, kita hanya sekumpulan aib yang tidak tahu malu. Kita hanya sekumpulan aib yang tidak mengerti bahwa kita hanyalah aib. Aib yang sepatutnya kita tutup rapat-rapat justru dengan bangga, dengan kehormatan, dibiarkan orang lain membukanya. Tanpa mengenal rasa malu, semua aib dibiarkan pergi menuju telinga dan mata baru. Membiarkan telinga-telinga dan mata-mata itu saling berbicara buruk.
Comments
Post a Comment