Lahir

"Aku mau keluar aja dari rumah. Enggak bisa aku punya keluarga kayak gini."

"Apa? Kenapa? Habis berantem, ya?"

"Ya biasalah, orang tuaku selalu nyalahin aku sama masalah apa pun yang ada di rumah. Malah tadi mereka berdua bilang mereka nyesel ngelahirin anak kayak aku. Padahal aku juga enggak mau punya orang tua kayak mereka."

"Emang, kita bisa pilih mau ngelahirin anak kayak gimana dan punya orang tua kayak gimana?"

"Ya ... Enggak, sih."

"Sebenarnya, baik orang tua maupun anak itu sama-sama enggak punya pilihan. Orang tua enggak bisa milih mau ngelahirin anak kayak gimana, dan anak juga enggak bisa milih mau dilahirin sama orang tua yang kayak gimana."

"Terus harus gimana?"

"Jalan keluarnya ya cuma satu, terima. Udah dilahirin, kan? Udah ngelahirin juga, kan? Apa yang bisa berubah dengan nyalahin takdir?"

    Ternyata, menerima keluarga yang apa adanya (termasuk kekurangan) juga merupakan salah satu bentuk bersyukur. Bersyukur masih ada keluarga yang mau direpotin. Ya ... walau kadang seisi rumah penuh perdebatan, nyatanya di akhir cuma keluarga yang saling ada satu sama lain.

Comments

Popular posts from this blog

Validasi yang Dibutuhkan

Satu Hal yang Kini Tidak Lagi Kutakutkan; Ditinggalkan

Apakah semua orang yang berusia 21 tahun mengalami hal seperti ini?