Perasaan yang Tidak Valid

    Hampir setiap hari ada pikiran baru di kepalaku. Pikiran-pikiran itu diiringi dengan perasaan-perasaan tertentu. Ketika memikirkan hal sedih meski itu tidak terjadi padaku, aku bisa saja merasa sedih. Ketika memikirkan hal menyebalkan meski hal itu tidak pernah terjadi dan hanya ada di bayangku, aku bisa merasa marah dan kesal pada seseorang. Pikiranku sangat memengaruhi perasaan yang kurasakan, atau mungkin sebaliknya. Mungkin saja aku merasa sedih tapi tidak terlalu mengerti bahwa itu sedih, sehingga aku membayangkan hal sedih untuk memastikan aku benar-benar merasa sedih.

    Setahun belakangan ini ada begitu banyak hal yang terjadi padaku. Berbagai penolakan sudah kuhadapi dan sekarang penolakan tidak lagi terlalu membuatku sedih atau kecewa. Aku sudah melewati masa menangis berhari-hari karena apa pun yang kulakukan belum ada hasilnya. Meski mungkin saja suatu saat aku akan seperti itu lagi, aku sudah tahu bahwa aku hanya perlu melewatinya dengan baik. Berbagai perasaan sudah kurasakan dalam jangka waktu yang berbeda-beda. Namun hari ini, aku memikirkan sesuatu karena ada sesuatu yang baru saja kusadari.

    Aku menghabiskan banyak waktu di kamar, tepatnya di depan laptop, melakukan ini dan itu sampai berjam-jam. Nyaris sebagian besar waktu kuhabiskan dengan duduk di depan laptop karena itu yang bisa dan harus kulakukan. Sayangnya tidak semua mengetahui hal itu. Punggungku menjadi sakit karena terus-menerus duduk tapi tidak ada yang bisa kulakukan untuk mengubahnya karena semua yang kukerjakan memang hanya bisa dilakukan di depan laptop. Mataku juga kerap merasa lelah karena melihat layar selama berjam-jam dalam satu hari, dan hal ini sudah kulakukan selama berbulan-bulan. Beberapa orang justru berpikir menghabiskan waktu seperti itu sangat menyenangkan. Aku tidak perlu mengeluarkan tenaga banyak untuk mengerjakan ini dan itu. Ketika seseorang mengajak pergi, semua orang akan menunjukku untuk pergi bersamanya karena mereka bilang aku tidak memiliki kesibukan. Semua yang kulakukan di depan laptop tidak ada artinya bagi mereka. Rasa lelah dan sakit yang kurasakan tidak mereka anggap sebagai sesuatu yang serius. Aku hanya seorang pengangguran yang bersenang-senang setiap hari, menghabiskan uang untuk ini dan itu, dan akan memintanya lagi jika sudah habis. Tidak sepenuhnya salah, tapi tidak sepenuhnya benar.

    Setiap hari aku berusaha untuk melakukan hal yang kusenangi. Menonton YouTube, Netflix, atau membaca buku. Itu memang benar tapi aku masih melakukannya dalam durasi yang wajar dan tidak berlebihan. Bisa dibilang, aku menghabiskan waktu lebih banyak untuk membuat konten, belajar, menulis, dibandingkan melakukan hal-hal itu. Aku sendiri bukan seseorang yang senang membicarakan diri sendiri, cenderung menyimpannya sendirian atau membagikan beberapa momen itu di media sosial. Karena tidak ada orang yang bisa kuceritakan mengenai berbagai macam hal, aku terbiasa menyimpan semua cerita sendirian. Hal itu yang membuat orang lain berpikir aku hanya pengangguran yang tidak berusaha untuk memperbaiki masa depanku dengan lebih baik dan serius. Kalau saja bisa, aku ingin sekali mengatakan aku marah setiap kali mereka mengatakan aku selalu bisa pergi kapan pun, aku selalu memiliki waktu 24 jam untuk membantu mereka seakan-akan tidak ada hal penting yang harus kujalani. Itu sangat menyinggung dan membuatku sedih karena mereka tidak tahu apa yang kulakukan tapi mereka bisa menyimpulkan semuanya dengan mudah. Sekalipun aku sudah berusaha menjelaskannya, mereka tetap melakukan hal menjengkelkan itu seakan-akan aku tidak pernah mengingatkan mereka.

    Ketika aku merasa lelah, orang lain akan mengatakan,"Kenapa lelah, kau kan tidak melakukan apa-apa?" Atau hal-hal semacam itu. Perkataan seperti itu yang membuatku berpikir, apakah semua perasaan yang kurasakan tidak valid? Apa aku seharusnya tidak merasakan semua perasaan-perasaan itu? Apa aku berlebihan dalam menanggapi semua hal? Karena memiliki kehidupan yang cukup berbeda dengan orang lain, orang lain menganggap perasaan yang kurasakan tidak boleh terjadi. Rasa lelah dan kecewa misalnya, hanya boleh dirasakan oleh orang-orang yang memiliki kehidupan seperti orang kebanyakan. Sampai pada beberapa waktu aku sendiri tidak tahu apa yang kurasakan. Akan jauh lebih baik ketika aku menyadari aku sedih, kecewa, atau marah, karena aku bisa menuliskan apa pun yang dirasakan. Tapi ketika aku tidak tahu perasaan apa yang sedang datang, tidak ada satu hal pun yang bisa dilakukan. Aku kesal karena banyak orang yang membuatku merasa bahwa perasaanku tidak valid. Padahal, aku benar-benar merasakannya. Ketika aku mengatakan aku sedih, aku memang sedih. Ketika aku mengatakan aku marah, aku memang marah. Mungkin saja hal ini terjadi karena aku yang terlalu banyak menyembunyikan cerita sehingga mereka tidak tahu perasaan seperti apa yang mungkin saja sedang memelukku. Dan ya, menyalahkan diri sendiri adalah satu-satunya hal yang bisa kulakukan saat ini.

Comments

Popular posts from this blog

Validasi yang Dibutuhkan

Satu Hal yang Kini Tidak Lagi Kutakutkan; Ditinggalkan

Apakah semua orang yang berusia 21 tahun mengalami hal seperti ini?