Awal Tahun
Beberapa hari lalu ada hal yang kurang menyenangkan terjadi padaku. Berawal dari aku mendengar salah satu anggota keluargaku menelepon dan mengatakan membutuhkan uang dengan nominal yang bagiku sangat besar, entah untuk apa tapi aku tahu itu akan digunakan untuk sesuatu yang cukup genting. Aku mengabaikannya karena berpikir pasti uang itu bisa ditemukan meski saat mendengar telepon itu aku berpikir apakah aku harus memberikan uang tabunganku yang jumlahnya tidak banyak itu agar bisa membantunya. Aku berpikir demikian berulang kali dan berusaha menghilangkan egoku yang tentu saja ingin menyelamatkan uang tabungan itu.
Tahun 2022 lalu tiga grup K-Pop yang kusukai datang dan aku tidak bisa menonton bahkan satu di antara empat kesempatan. Aku menyesalinya dan memutuskan untuk menabung lebih serius dengan mengusahakan lebih banyak hal yang bisa mendatangkan uang. Tentu saja dengan cara yang jujur dan layak. Semangat menabung itu semakin meningkat seiring jumlah uang di tabunganku semakin bertambah hari demi hari. Ada banyak hal yang kulewatkan hanya untuk mencegahku menggunakan uang di tabungan itu meski sesekali aku gagal. Semangat itu juga semakin membara setelah aku menonton salah satu film dari grup kesukaanku. Yang ada di dalam kepalaku hanya aku harus menabung sebanyak mungkin dan mencapai target agar tidak perlu menyesal tidak bisa menonton konser di tahun 2023 ini karena aku tahu grup kesukaanku akan datang lagi. Sampai akhirnya tabungan itu terbilang sudah cukup untuk perkiraan harga tiket yang paling murah (meski tentu saja yang paling murah sama sekali bukan murah bagiku). Aku menjual beberapa koleksi K-Pop dan buku yang sudah tidak kubaca atau belum pernah kubaca sama sekali. Meski membutuhkan waktu untuk menjual semuanya, tapi aku tetap berusaha untuk menawarkan pada banyak orang yang mungkin saja berminat. Aku juga memberikan diskon dan penawaran yang berusaha terlihat menarik di mata para calon pembeli (yang tentu saja tidak selalu berhasil). Aku menghabiskan waktu paling tidak setengah jam untuk membungkus pesanan satu pembeli dan beberapa kali aku harus membungkus pesanan-pesanan itu sampai larut malam dan membuat punggungku terasa sangat lelah, tapi aku tetap melakukannya. Aku menulis banyak sekali artikel yang tidak selalu diterima tapi aku tetap melakukannya karena meski uang yang dihasilkan tidak terlalu banyak, uang itu akan menjadi banyak jika aku terus mengumpulkannya. Singkat cerita, aku merasa tenang karena uang yang kumiliki kemungkinan besar sudah cukup untuk membeli tiket di section yang kuinginkan. Namun ketenangan itu hilang setelah mendengar salah satu anggota keluargaku membutuhkan uangnya.
Bagi beberapa orang, menonton konser mungkin bukan sesuatu yang cukup penting sampai mengharuskan kita untuk berpikir apakah harus memberikan uangnya atau tidak. Tapi bagiku hal itu sangat penting karena aku tidak ingin merasakan kesedihan yang sama lagi seperti tahun lalu. Aku merasa bersalah jika membiarkan anggota keluargaku harus mencari uang dalam waktu singkat padahal aku memilikinya, tapi juga memikirkan bagaimana jika aku memberikan uang ini dan tidak bisa mengumpulkannya lagi dalam kurun waktu yang terbilang akan sebentar? Berdasarkan informasi yang kudapatkan, grup yang kusuka akan datang dalam waktu kurang lebih satu bulan lagi. Itu tandanya beberapa minggu lagi mungkin saja akan ada pengumuman dan jadwal pembelian tiket akan menyusul beberapa hari setelahnya. Akhirnya aku memutuskan untuk menanyakan pendapat anggota keluargaku yang lain dan ia mengatakan bahwa sebaiknya aku memberikannya. Tentu saja aku tidak keberatan jika uang itu akan dikembalikan saat ticketing akan dilaksanakan tapi aku tidak bisa memastikan hal itu dan aku tidak cukup berani untuk mengatakan bahwa aku hanya meminjamkan uang itu dan bukan memberikannya. Setelah berpikir panjang akhirnya aku memutuskan untuk memberikannya. Tepat setelah uang itu kukirim, aku menangis. Aku memikirkan semua usaha yang sudah kuberikan untuk mendapatkan uang itu. Meski jumlahnya tidak banyak untuk orang lain, jumlah itu adalah jumlah yang sangat besar bagiku. Aku mengerahkan semua yang kubisa untuk mendapatkan uang itu, bahkan menjual barang koleksi yang sebetulnya sangat kusukai. Berhenti membeli buku, tidak membeli makan dari luar, melewatkan banyak barang yang sudah lama kuinginkan, terus berada di rumah agar tidak mengeluarkan uang untuk ini dan itu, serta hal-hal lain yang sangat tidak mudah bagiku. Namun hasil dari semua usaha itu mendadak hilang begitu saja dalam sekejap, dan aku kembali memikirkan bagaimana mungkin aku bisa mengumpulkan uang dengan jumlah yang sama dalam waktu yang jauh lebih singkat?
Ketika gagal menonton konser tahun lalu, seseorang mengatakan padaku,"Mereka akan datang lagi, tenang saja." Dan aku sangat membencinya. Aku tahu mereka akan datang lagi meski tidak tahu kapan, tapi aku ingin menontonnya saat itu. Aku bahkan tidak minta siapapun untuk membantuku agar bisa menonton konser tahun ini, aku berusaha mengumpulkan uangnya sendiri jadi aku tidak ingin mendengar kata-kata itu lagi. Rasanya sangat menyebalkan karena ia sama sekali tidak mengerti apa yang kurasakan. Pada titik ini aku sudah tidak peduli orang lain akan mengatakan aku berlebihan atau tidak. Aku hanya berusaha agar bisa menonton konser dengan mengumpulkan uangnya sedikit demi sedikit. Apakah aku tidak boleh merasa sedih dan marah ketika uang itu kemudian hilang dalam sekejap setelah berbulan-bulan mengumpulkannya? Apakah aku tidak boleh kecewa saat melihat jumlah uang di tabunganku kembali seperti awal dengan nominal yang tentu saja tidak bisa membeli harga tiket paling murah sekalipun? Apakah aku tidak boleh sedih ketika membayangkan aku akan melewatkan satu konser lagi padahal aku pernah memiliki uang untuk membeli tiketnya? Aku hanya ingin menonton konser. Itu saja. Dan aku mengusahakannya sendiri, tidak memohon-mohon pada orang lain untuk membelikan tiketnya. Lalu dengan mudahnya semua orang berharap aku bisa memaklumi itu dan mengatakan grup yang kusuka akan datang lagi? Apakah semua yang sudah kulakukan terlihat dan terdengar remeh bagi orang lain?
Tidak membutuhkan waktu lama sampai kemudian aku sadar aku harus mengumpulkan uang secepatnya. Aku harus mengembalikan nominal yang hilang itu dalam waktu sekejap. Aku tidak berpikir bahwa aku memiliki waktu istirahat karena waktu yang kumiliki untuk menabung dari awal lagi sangat sedikit karena bisa saja besok akan ada pengumuman bahwa grup yang kusuka akan datang dalam beberapa minggu ke depan. Ya. Meski masih sedih dan kecewa, aku memutuskan untuk bangun dan melakukan semuanya lagi meski sambil mengeluarkan air mata. Tidak apa-apa. Aku sudah membantu orang lain dan orang itu sangat berterima kasih pada apa yang sudah kulakukan untuknya. Aku sudah membantu orang lain dengan sedikit uang yang kukumpulkan selama berbulan-bulan. Masih ada waktu dan cara untuk mencari uangnya lagi selama aku tidak menyerah dan membiarkan diriku membayangkan akan ada satu konser lagi yang harus dilupakan. Tidak, aku tidak akan melewatkan konser itu. Aku harus menontonnya kali ini, dan aku akan mengusahakannya sebanyak yang kubisa meski itu berarti ada banyak waktu istirahat yang hilang.
Comments
Post a Comment