Teman Baik

    Awalnya, aku adalah orang yang akan berusaha untuk tetap saling berhubungan dengan teman-teman lamaku. Mengirimi mereka pesan, mengajak bertemu, dan menceritakan apa yang terjadi pada mereka selama kami tidak bertemu. Aku tidak hanya berusaha, tapi berusaha dengan keras. Tidak semua dari mereka selalu memberikan respon yang menyenangkan. Bahkan beberapa dari mereka tidak merespon tidak peduli sebanyak apa pun ajakan yang mereka terima. Tiap kali mereka hanya membaca pesan atau tidak melihatnya sama sekali, aku memang merasa kesal dan berkata,"Baiklah, aku tidak akan mengajak mereka lagi lain kali." Tapi aku tetap mengajak mereka tiap kali ada kesempatan untuk bertemu. Aku tidak tahu kenapa aku melakukannya, padahal kami tidak memiliki hubungan yang sangat dekat saat sekolah dulu. Kami memang ada di lingkaran pertemanan yang sama, tapi kami memang tidak terbiasa menceritakan tentang ini dan itu satu sama lain. 

    Ada satu momen ketika salah satu temanku tidak bisa datang ketika aku mengajaknya bertemu. Aku lupa alasan apa yang ia berikan, tapi kemudian aku melihatnya bertemu dengan teman-temannya yang lain di media sosial. Sehari-hari pun aku cukup sering melihat dia membagikan foto atau video ketika ia berjalan-jalan dengan teman atau pasangannya. Bisa dibilang setiap kali dia membagikan sesuatu di media sosial, yang dia bagikan akan selalu berkaitan dengan pergi bersama teman-temannya. Namun dia tidak merespon ajakanku untuk bertemu. Kalau hanya sekali dua kali, tentu aku bisa mengerti. Dia sedang sibuk, dia sedang tidak ingin pergi, dia sedang berhemat, dia sedang ada kegiatan lain yang harus dilakukan, dan hal-hal lain. Aku pun akan mengerti kalau dia mengatakannya. Hanya saja karena ia terus-menerus menolak untuk bertemu, aku berada pada titik tidak ingin mengajaknya lagi.

    Akhirnya aku menyadari, bahwa dia mungkin tidak merasa terlalu senang ketika berada di lingkungan sekolahnya dulu. Dia lebih senang dengan teman-temannya yang ia temui di kemudian hari. Kalau dia memang ingin bertemu, dia pasti akan mengusahakan untuk bertemu meski hanya sebentar. Dia bukan tidak ada waktu, sedang berhemat, atau ada hal penting yang harus dilakukan. Dia hanya tidak ingin bertemu. Dia sudah menemukan teman-teman yang baginya jauh lebih baik dan menyenangkan. Tentu, siapa yang tidak ingin memiliki lingkungan yang lebih menyenangkan? Mungkin bersama teman-teman barunya, dia lebih bisa menjadi dirinya sendiri. Mungkin dia tidak lagi merasa cocok denganku dan teman-teman yang lain, atau sejak awal dia memang tidak pernah merasa cocok. Saat menyadari hal ini, aku tidak merasa kesal atau sedih. Aku senang. Aku senang karena dia bisa memiliki lingkungan yang bisa membuatnya merasa lebih baik. Tentu aku akan senang kalau kami sesekali saling berhubungan atau bertemu, tapi jika itu membuatnya tidak nyaman aku tidak akan memaksanya. Dia memiliki pilihan untuk berteman dengan siapa pun yang membuatnya nyaman. Bukan berarti aku dan teman-teman yang lain mengganggunya atau membuatnya merasa tidak bisa menjadi diri sendiri, tapi pada beberapa waktu, kita akan menyadari bahwa suatu lingkungan ternyata tidak cocok lagi untuk kita atau suatu lingkungan ternyata lebih cocok pada kita. Hal itu bisa saja berubah seiring berjalannya waktu.

    Aku senang pada siapa pun temanku yang bisa merasa senang jika bertemu dengan orang-orang yang tepat. Jika dia memang tidak ingin bertemu dan ia baik-baik saja dengan teman-teman barunya, aku akan ikut senang melihatnya. Aku tidak akan mengajaknya bertemu lagi karena mungkin saja hal itu membuatnya tidak nyaman. Memikirkan alasan apa yang harus ia berikan untuk menolak datang, sepertinya bukan hal yang baik jika aku terus mengajaknya. Suatu hari, kalau ia ingin bertemu dengan kami, ia tentu bisa menghubungi kami kapan saja dan kami akan menerimanya dengan senang hati. Bagaimanapun, kami pernah menjadi teman baik. Meski sekarang keadaannya berubah, kami akan tetap menjadi teman yang baik untuknya.

Comments

Popular posts from this blog

Validasi yang Dibutuhkan

Satu Hal yang Kini Tidak Lagi Kutakutkan; Ditinggalkan

Apakah semua orang yang berusia 21 tahun mengalami hal seperti ini?