Ruang Berusaha

    Aku berusaha untuk seseorang yang sangat kuinginkan. Mengusahakan semua yang bisa kulakukan, walau aku tahu masih ada orang lain yang ada di dirinya. Kata "mungkin" menjadi satu-satunya harapan bahwa bisa saja semuanya berubah dengan tiba-tiba, walau aku sendiri tahu hal itu nyaris tidak mungkin terjadi. Aku hanya ingin mengusahakan apa yang kubisa, selama mungkin, sekeras mungkin. Lagi-lagi, atas semua usaha yang kulakukan, aku berlindung di balik kemungkinan-kemungkinan yang sangat kecil itu. Bahkan bisa dibilang, saking kecilnya kemungkinan-kemungkinan itu, mereka nyaris tidak ada.

    Semua teman-temanku mengatakan aku tidak pernah seperti ini sebelumnya dan memang itu yang kurasakan. Aku tidak pernah berusaha sebegini kerasnya hanya untuk orang lain yang tidak tahu apa-apa tentangku. Yang menerimaku hanya karena rasa penasaran kecil dan melupakannya setelah ia tahu seperti apa diriku setidaknya dari sudut pandangnya. Rasa penasarannya mungkin sudah hilang hanya dengan percakapan singkat kami malam itu. Tapi, entah ada apa pada dirinya, aku belum menyerah. Beberapa kali aku menanyakan "kelayakan" diriku, membandingkan diri sendiri dengan masa lalunya yang baru kutahu belum selesai, merasa bahwa kemungkinan kami bisa berakhir bersama sangatlah kecil, tapi pada akhirnya aku tidak berhenti dan menyerah. Apa yang membuatku berpikir untuk tidak berhenti hanya satu; kalau sejauh ini hanya dia yang bisa membuatku berusaha sebegini kerasnya, mungkin memang dia orangnya? Kalau ternyata bukan dia, paling tidak aku tahu rasanya mengusahakan seseorang yang sangat kuinginkan.

    Tapi ternyata, melakukan sesuatu untuk orang lain membuatku lupa pada diri sendiri. Aku sibuk berubah menjadi lebih baik untuk orang lain, sampai lupa bahwa pada akhirnya perubahan-perubahan itu adalah tanggung jawabku. Aku tidak berubah untuk orang lain, tapi untuk diriku sendiri. Aku tidak mengusahakan ini semua untuk orang lain, tapi untuk perasaanku sendiri. Mungkin seharusnya pikiran-pikiran itu yang kupegang dengan erat, walau sampai detik ini rasanya masih sangat sulit. Pelan-pelan, semuanya akan berubah hanya tentangku.

    Aku akhirnya mengerti, bahwa sekeras apa pun usahanya, sekuat apa pun tenaganya, kalau seseorang memang bukan untuk kita, maka jawabannya akan selalu tidak. Ada alasan lain mengapa kita berdua dipertemukan. Mungkin untuk membuatnya merasa lebih baik atas cerita yang baru saja selesai tapi tidak ingin ia tamatkan, mungkin untuk memberikanku pelajaran bahwa kadang kita harus mengusahakan sesuatu sampai tidak ada lagi ruang untuk berusaha. Pada akhirnya, apa yang tidak untuk kita, tidak akan jadi milik kita. Namun, aku akan selalu mengusahakannya. Karena ternyata, dia adalah ketidakmungkinan yang sangat kuharapkan.

Comments

Popular posts from this blog

Validasi yang Dibutuhkan

Satu Hal yang Kini Tidak Lagi Kutakutkan; Ditinggalkan

Apakah semua orang yang berusia 21 tahun mengalami hal seperti ini?