Yang Asing

    Aku merasa aneh. Belakangan ini, setelah bertemu dengan orang banyak meski itu adalah orang-orang yang kukenal, aku sering merasa lebih cepat kehabisan energi setelahnya. Selama ini, aku cukup sering mengajak teman-temanku bertemu karena bertemu dengan mereka dapat membuatku lebih semangat melakukan banyak hal begitu aku pulang. Ketika bertemu dengan orang asing pun, beberapa kali aku membuka obrolan lebih dulu. Setelahnya, aku akan merasa senang karena bisa berkenalan dengan orang baru. Energiku melonjak setelah berinteraksi dengan orang lain. Namun, belakangan ini aku tidak merasa demikian.

    Setiap kali pulang setelah bertemu dengan teman atau menghadiri suatu acara, entah kenapa aku merasa kehabisan semua energiku. Aku tidak bisa membalas pesan mereka, tidak ingin berinteraksi dengan mereka meski hanya di media sosial. Beberapa hari lalu, aku justru menonaktifkan media sosialku untuk menghindari interaksi-interaksi itu. Beberapa temanku mengirim pesan setelah mengetahui aku menonaktifkan media sosial, juga mengabaikan pesan mereka. Mereka menanyakan kondisiku. Seharusnya aku senang. Aku senang, memang. Mengetahui bahwa di luar sana ada orang-orang yang begitu peduli padaku dan mau meluangkan waktunya untuk mengkhawatirkan keadaanku. Namun aku merasa tidak sanggup membalas pesan-pesan itu meski sudah membacanya. Aku membacanya, dan memilih untuk mengabaikannya. 

    Setelah kupikirkan kembali, apa yang membuatku sulit membalas pesan-pesan kepedulian itu? Apa yang sulit untuk menjawab pertanyaan apakah aku baik-baik saja atau tidak? Apa yang membuatku merasa enggan memberitahu mereka bahwa aku tidak ingin berkomunikasi dengan mereka? Sebelum ini, aku adalah orang yang sangat takut kehilangan dan ditinggalkan. Aku lupa pernah menuliskannya atau tidak, tapi seringkali aku melakukan banyak hal hanya agar orang lain, termasuk teman-teman dekatku tidak meninggalkanku. Membalas pesan mereka dengan cepat, menanyakan kondisi mereka, bersedia mendengar mereka kapan pun mereka membutuhkannya. Aku tidak berani mengabaikan pesan dari teman-temanku terlalu lama karena khawatir mereka akan meninggalkanku jika aku melakukannya. Anehnya, belakangan ini aku tidak memedulikan itu. Memikirkannya meski hanya sepintas pun tidak. Aku benar-benar tidak peduli dengan semua yang peduli padaku. Aku tidak peduli dengan mereka yang menanyakan keadaanku. Melihat semua pesan yang mereka kirimkan, tidak membuatku ingin membalas pesan-pesan itu dengan cepat seperti biasanya. Meski pada akhirnya aku membalas pesan itu beberapa hari kemudian karena ada perasaan tidak nyaman jika mengabaikannya terlalu lama.

    Aku tidak tahu apa yang membuatku merasakan hal seperti ini. Namun salah satu hal yang sudah beberapa kali muncul di benakku adalah, apa mungkin aku belum siap menerima kenyataan bahwa ada orang-orang di luar sana yang benar-benar tulus dan peduli kepadaku? Selama ini aku kerap diabaikan dengan orang-orang di sekitar. Ketika akhirnya orang yang peduli dan tidak menuntutku hanya untuk menguntungkan mereka semata hadir dan menunjukkan kepeduliannya, aku masih merasa asing. Aku merasa tidak pantas, karena selama bertahun-tahun tidak ada yang menganggapku ada.

    Di luar hal itu, salah satu yang kupikirkan lagi adalah belakangan ini aku sedang berkutat dengan duniaku sendiri. Tidak menjawab pertanyaan mengenai alasan aku lebih mudah merasa lelah, tapi dapat menjawab pertanyaan mengenai aku yang tidak terlalu peduli dengan teman-temanku seperti biasanya. Belakangan aku banyak menghabiskan waktu untuk belajar bahasa, membaca buku, dan menulis. Aku tengah menulis kesimpulan dari buku-buku yang sudah kubaca. Tulisan itu masih belum selesai, masih banyak yang harus kutambahkan. Semakin banyak yang harus kutulis, semakin banyak pula buku dan artikel yang harus kubaca. Aku juga menyempatkan diri untuk menonton video-video dokumentasi untuk menambah bahan tulisanku. Selain itu, aku memiliki target untuk mengirim naskah ke penerbit dalam waktu dekat. Ada cerita lain yang ingin kukerjakan, jadi aku ingin menyelesaikannya satu per satu. Jadi ada banyak waktu yang harus kuluangkan untuk menyunting naskahku sendiri. Karena semua pekerjaan itu menyenangkan, aku merasa tidak keberatan dan tertekan. Aku justru sangat menikmatinya sampai merasa tidak peduli dengan hal lain selain membaca dan menulis. Ah, aku juga sedang menonton drama pembunuhan. Rasanya ada terlalu banyak hal menyenangkan yang berada di sekitarku sekarang, sehingga aku mengabaikan hal-hal yang bisa kuabaikan.

Baiklah. Hari ini sampai sini dulu.

Comments

Popular posts from this blog

Validasi yang Dibutuhkan

Satu Hal yang Kini Tidak Lagi Kutakutkan; Ditinggalkan

Apakah semua orang yang berusia 21 tahun mengalami hal seperti ini?