Perihal Sembuh

    Mengupayakan sembuh adalah upaya seumur hidup. Bagaimana mungkin, kita bisa memaksa seseorang yang sakit untuk lekas sembuh tanpa pernah memberikan bantuan yang seutuhnya? Dari sekian banyak hal yang tidak sepatutnya memiliki tenggat waktu, sembuh termasuk di dalamnya. Sembuh bukan lagi tentang kapan dan bagaimana, tapi apakah diri siap secara mental dan fisik untuk kembali menghadapi hal yang menghancurkan di luar sana. Bagaimana mungkin kita memaksakan sesuatu untuk beranjak dari sesuatu yang belum sepatutnya beranjak. Mungkin satu tahun untuk orang lain, mungkin dua tahun untuk orang yang lain, mungkin waktu yang lebih banyak untuk diri sendiri. 

    Sembuh, berarti beranjak dari sebuah ruangan gelap menuju ruangan yang lebih terang. Tidak perlu paling terang, tapi sedikit lebih terang. Sebab kadang sesuatu yang tampak meyakinkan justru memutarbalikan semua-muanya. Tanyakan pada diri mengapa semua hal harus diberi tenggat waktu? Kenapa tidak membiarkan diri untuk berduka, bersedih, merasa patah hati, serta semua rentetan sesak yang menimbulkan ketidaknyaman itu? Berdukalah semaumu. Bersedihlah semaumu. Rasakan patah hati itu sampai suatu hari yang membuatmu patah tidak lagi membuatmu merasa kecil dan rapuh. Mungkin, beberapa ingin membantu tapi tidak punya kapasitas yang cukup untuk beranjak bersama-sama. Namun, yang lain akan selalu berdiri untuk menggenggam yang membutuhkan topangan. Sebab semua hanya figuran, hanya diri yang bisa menyembuhkan. Hal sebesar itu, hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang berkenan beranjak dan membawa diri ke tempat yang lebih baik. Mungkin kamu salah satunya?

Comments

Popular posts from this blog

Validasi yang Dibutuhkan

Satu Hal yang Kini Tidak Lagi Kutakutkan; Ditinggalkan

Apakah semua orang yang berusia 21 tahun mengalami hal seperti ini?