Posts

Mengembalikan Tujuan yang Hilang

     Aku sering memikirkan apa yang harus kulakukan pada besok hari. Mengikuti kelas, mengerjakan tugas, melanjutkan naskah, mengedit video, menghabiskan buku yang sedang kubaca, atau melakukan apa saja yang bisa kulakukan. Karena aku tidak kuliah, aku harus mencari kegiatan yang bisa kulakukan meski hanya kegiatan sederhana di luar mengajar bahasa. Aku senang melihat to do list yang bertumpuk, karena artinya aku memiliki banyak hal yang harus dilakukan. Aku senang ketika aku mencoretnya sebagai pertanda aku sudah melakukan sesuatu hari ini. Setiap kali hanya bermalas-malasan dan tidak melakukan atau menghasilkan sesuatu, aku merasa bersalah pada diriku sendiri. Kenapa aku membuang-buang waktu seperti ini? Kenapa aku tidak bisa fokus dan malah bersantai padahal ada banyak hal yang harus kukejar? Kenapa aku menghabiskan waktu seperti ini padahal ada hal bermanfaat yang bisa kulakukan? Tentu saja, aku tidak akan kehilangan apa-apa jika hanya bermalas-masalan sehari atau du...

Utuh

     Yang pernah hancur mungkin lupa, bahwa sesuatu yang satu itu pernah hancur berkeping-keping. Rasanya hanya hancur untuk banyak hal tanpa pernah tahu bagaimana memperbaiki sesuatu yang hancur.  Kita pernah hancur. Kita pernah hancur.      Tapi, apa mungkin, sesuatu yang pernah hancur itu berhasil membuat dirinya utuh kembali entah bagaimana caranya? Bagaimana mungkin sesuatu yang sudah hancur berkeping-keping, bahkan tidak terhitung jumlahnya, bisa kembali utuh seperti semula?      Ah, ya. Memang tidak. Tidak utuh sepenuhnya. Terlihat utuh, tapi retak di sana dan di sini. Siapa yang bisa melihatnya selain diri sendiri? Siapa yang bisa menilai seseorang retak atau tidak, utuh atau tidak, selain dirinya sendiri yang sudah pernah hancur atau tidak sama sekali?      Jangan lupa, kita pernah hancur. Walau retak di sana dan di sini, kita masih ada. Tidak utuh, tapi ada. Walau tidak utuh, kita tetap kita. Bagaimana cara memb...

Sederhana yang Menyenangkan

 Ternyata, aku juga memiliki hal-hal yang tidak dimiliki oleh semua orang.      Memiliki orang-orang yang percaya dengan mimpiku meski itu adalah mimpi yang besar, ternyata merupakan sesuatu yang sangat perlu kusyukuri. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya hidup bersama orang-orang yang senang mematikan mimpi orang lain, bagaimana kata-kata dari orang lain dapat membuat kita berhenti berusaha meski itu adalah sesuatu yang sangat kita inginkan.       Suatu waktu, aku bercerita pada temanku tentang mimpiku untuk menerbitkan buku. Itu bukan mimpi yang mudah dan kegagalan sudah pernah menghampiri beberapa kali, tapi aku masih melakukannya. Ketika mengingat jawaban dari teman-temanku, aku merasa bahwa memiliki teman seperti mereka ternyata sesuatu yang sangat berharga. Salah satu dari mereka mengatakan bahwa dia kagum pada semangatku terhadap menulis dan dia percaya bahwa suatu hari aku akan berhasil seperti seorang penulis yang terkenal. Tema...

Fase yang Tidak Kunjung Berakhir

     Aku tidak tahu kenapa aku tidak bisa berhenti menyalahkan diri sendiri untuk apa pun yang terjadi. Kenapa aku tidak bisa membuat temanku merasa lebih baik ketika dia sedih, kenapa aku tidak bisa memberikan saran yang berguna untuk temanku yang sedang bercerita, kenapa aku tidak bisa membantu temanku ketika dia membutuhkan bantuan, kenapa aku tidak bisa menjadi teman baik seperti yang seharusnya, kenapa aku tidak bisa menyikapi orang lain sebaik yang kubisa, kenapa aku memilih untuk mengabaikan pesan temanku pada beberapa waktu padahal mereka sudah menghubungiku lebih dulu, kenapa aku justru bersikap egois ketika seseorang sudah menjaga hubungannya denganku, kenapa pada beberapa waktu aku memilih diam saja dan tidak menganggap keberadaan mereka, kenapa aku tidak bisa percaya pada mereka untuk semua hal yang ingin kuceritakan. Tidak, aku tidak hanya menyalahkan diri sendiri tentang orang lain, tapi juga tentang diriku sendiri.      Kenapa aku tidak bisa ...

Alasan untuk Hidup

     Kamu boleh hidup dengan alasan karena ada banyak orang yang akan kecewa kalau kamu berhenti, tapi gak boleh jadiin itu satu-satunya alasan. Kamu harus hidup untuk dirimu sendiri. Bukan untuk teman-teman atau keluarga kamu, tapi untuk diri sendiri. Karena ketika kamu mau berhenti meskipun banyak orang mendukung kamu, kamu masih tetap ingin berhenti. Tapi kalau kamu gak mau berhenti meskipun banyak orang minta kamu berhenti, kamu ga akan berhenti. Jadi, jadiin dirimu sendiri sebagai alasan untuk hidup. Misalnya aku mau makan makanan enak, aku mau ketemu sama artis yang aku suka, aku mau jalan-jalan ke negara lain, aku mau beli barang yang aku suka, dan hal-hal kayak gitu. Orang lain itu cuma bantu kasih kamu kekuatan, tapi sebenarnya kekuatan itu aslinya ada di dirimu sendiri. Walaupun misalnya akan ada banyak orang yang ga suka sama apa yang kamu pilih, kamu harus tetap lakuin aja kalau itu emang baik buat kamu. Dan sebaliknya. kalau orang nuntut kamu untuk melakukan...

Teman Baik

     Awalnya, aku adalah orang yang akan berusaha untuk tetap saling berhubungan dengan teman-teman lamaku. Mengirimi mereka pesan, mengajak bertemu, dan menceritakan apa yang terjadi pada mereka selama kami tidak bertemu. Aku tidak hanya berusaha, tapi berusaha dengan keras. Tidak semua dari mereka selalu memberikan respon yang menyenangkan. Bahkan beberapa dari mereka tidak merespon tidak peduli sebanyak apa pun ajakan yang mereka terima. Tiap kali mereka hanya membaca pesan atau tidak melihatnya sama sekali, aku memang merasa kesal dan berkata,"Baiklah, aku tidak akan mengajak mereka lagi lain kali." Tapi aku tetap mengajak mereka tiap kali ada kesempatan untuk bertemu. Aku tidak tahu kenapa aku melakukannya, padahal kami tidak memiliki hubungan yang sangat dekat saat sekolah dulu. Kami memang ada di lingkaran pertemanan yang sama, tapi kami memang tidak terbiasa menceritakan tentang ini dan itu satu sama lain.       Ada satu momen ketika salah satu...

menjadi diri sendiri itu menakutkan, kan?

     Belakangan ini ada pikiran-pikiran yang menggangguku. Meski aku memang orang yang memikirkan banyak hal (meski itu tidak penting dan tidak perlu dipikirkan), aku tidak bisa menghilangkan kebiasaan itu. Aku mulai berpikir ada banyak hal yang salah dalam diriku. Kenapa aku melakukan ini dan itu, kenapa aku mengatakan ini dan itu, kenapa aku bersikap seperti ini dan seperti itu. Aku menyalahkan diri sendiri atas apa pun yang membuatku merasa tidak nyaman, meski mungkin saja hal itu terjadi karena orang lain. Rasanya sulit untuk berhenti menyalahkan diri sendiri ketika tidak ada orang yang mengatakan bahwa aku tidak bersalah. Rasanya sangat sulit untuk mengutarakan apa yang kurasakan pada orang lain karena ketakutan terbesarku tidak hanya pada pemikiran diriku sendiri, tapi juga pemikiran orang lain terhadap diriku. Aku tahu pasti bahwa kita tidak bisa mengontrol bagaimana cara orang lain memandang kita, karena yang bisa kita lakukan hanya sebatas menjadi orang baik seba...